Menerima apa adanya dalam konsep qona’ah adalah fitrah dan sangat membahagiakan, sungguh bersahaja. Namun, jika logika menerima, tapi hati tersakiti, berarti masih ada yang perlu diperbaiki. Nrimo itu bukan sekedar ungkapan kata, tapi syukur yang nyata. Ketika nrimo-mu jadi filosofi yang berujung negatif, maka ojo ditrimo.
Menerima itu harus fokus pada nikmat yang ada, agar bertambah sisi nikmatnya. Terima apa yang ada dengan segenap cerdasmu, dengan fokus pada sisi kelebihannya. Lebihnya disyukuri, kurangnya diikhlaskan, besoknya diperbaiki. Itulah nrimo sing sejati.
Menerima itu harus fokus pada nikmat yang ada, agar bertambah sisi nikmatnya. Terima apa yang ada dengan segenap cerdasmu, dengan fokus pada sisi kelebihannya. Lebihnya disyukuri, kurangnya diikhlaskan, besoknya diperbaiki. Itulah nrimo sing sejati.