Senin, 10 Mei 2010

Keberanian Deva saat perawatan gigi


Anakku Deva secara tidak kebetulan mewarisi kerapuhan gigi aku dan ketidak rapihan susunannya, ditambah sering kali dia kelupaan menggosok giginya sebelum tidur malam. Akibatnya sudah dapat diduga, giginya bolong. Pertumbuhan gigi tetapnya juga mendahului tanggal gigi susunya jadi kali ini ada kali kedua gigi susunya harus dicabut.

Dibanding aku sendiri yang sangat takut dengan dokter gigi, Deva sungguh sangat berani untuk anak seusianya. Beruntung aku punya saudara sepupu perempuan dari Papah Oteng yang berprofesi dokter gigi, yang akhirnya berkenan membantu mengobati dan merawat gigi Deva tanpa harus mengeluarkan biaya, yang mungkin kalau ke dokter gigi lain jelas aku tidak akan sanggup.

Sebagai seorang penakut terhadap dokter gigi, aku sangat mengerti rasa takut yang menggelora di dada Deva, namun aku sungguh salut padanya dari sebelum masuk ke ruang perawatan Deva bisa tenang melewatkan masa masa tegang. Memang untuk pertama kali dirawat oleh tantenya itu Deva sempat minta dipeluk dan digendong sama aku, namun akhirnya dia mau juga duduk di kursi pasien. Keramahan dan kesabaran sepupuku Chandra dan asistennya, ditambah interior ruang praktek Chandra yang memberi kesan nyaman dan menyenangkan, akhirnya melumerkan rasa takut yang dirasakan oleh Deva.

Kali kedua kedatangan Deva ke tante Chandra adalah mengeluarkan abses yang terjadi di gigi gerahamnya yang bolong, Deva sungguh sangat berani dan kuat melewati proses pengeluaran abses dari gerahamnya yang cukup menyakitkan.
Sedang kali ketiga kedatangan Deva, tante Chandra melihat hasil foto rontgen gigi Deva, ternyata selain 2 gigi geraham yang harus ditambal, Deva harus menjalani pencabutan gigi susu yang tersusul oleh tumbuhnya gigi tetap. Dari pada menghambat pertumbuhan gigi tetapnya maka gigi susu harus dibuang.

Seperti biasa Deva selalu meminta aku memegang tangannya saat dimelewati perawatan, aku bahagia karena genggaman tanganku ternyata sangat berarti baginya saat melewati masa menegangkan itu, jujur sebenarnya aku sendiri merasa takut dan enggan memasuki ruang praktek dokter gigi, dan harus menyaksikan dia kesakitan, tapi demi anakku tersayang, ku buang jauh jauh rasa takut dan enggan itu. Salah satu kebiasaan Deva menyembunyikan rasa takutnya adalah dengan berbicara dan bertanya .... persis aku kecil dahulu. Aku pun harus berusaha sabar menjawab segala macam pertanyaan yang sebenarnya tidak perlu dijawab itu hehehehe Deva ... Deva kamu memang anak ayah banget

Saat menjalani proses yang menyakitkan yaitu saat giginya dibor dan diberi obat yang mematikan syaraf gigi, Deva menggenggam tanganku erat, aku bisa merasakan sakit bercampur ngilu yang dideritanya. Sedih bercampur pedih hatiku sebenarnya melihat anakku dalam kondisi begitu, namun proses itu mau tidak mau harus dijalani agar tidak sakit gigi lagi. Ku elus lembut punggung tangannya, sambil sesekali menghibur dan memberinya semangat agar tetap terus menjalani proses perawatan. Beberapa kali mulut kecilnya mengeluh sakit, air matanya pun sempat meleleh, ah andai saja rasa sakit dan ngilu itu bisa dipindahkan kepadaku ...... 

Akhirnya pada saat masuk waktu Ashar perawatan dan pengobatan pun selesai. Buatku Deva cukup berani, malah melebihi keberanianku menjalani pengobatan dan pencabutan gigi ( yg tentunya harus melewati proses suntik yg sungguh sangat aku takuti ) sekaligus. Ayah benar benar bangga padamu Nak, ayah sungguh berterima kasih kamu mau melalui proses ini dengan berani dan tabah. Minggu depan kita ke Tante Chandra lagi ya nak, melanjutkan pengobatan gigi kamu. 

I  love you so much son ..... and i'm proud

1 komentar: