Minggu, 04 April 2010

Anakku Daiva

Tanggal 24 Agustus 2001 bertepatan dengan adzan subuh kamu hadir ditengah kami. Aku dalam kondisi setengah ngantuk karena menunggu kehadiranmu semalaman, menatap takjub tubuhmu yg masih berlumur darah dan air ketuban. “Aku memiliki seorang anak laki-laki ……. ” ( Sebelumnya aku sempat takut untuk memiliki anak laki laki, karena khawatir dia menjadi anak yang nakal, yang akan berlarian ke sana ke mari saat diajak shalat Jumat, kebetulan aku beberapa kali menyaksikan hal itu saat melaksanakan shalat Jumat hehehehehe ).

Puji syukur yang luar biasa aku panjatkan kehadirat Allah SWT, anakku dan istri tercintaku selamat, sehat serta tak kekurangan sesuatu apapun, setelah melewati proses antara hidup dan mati tersebut. Sebuah nama aku siapkan untukmu, MUHAMMAD DAIVA RADITHYA RAFIF, yang artinya, Muhammad ( mengambil nama Rasullullah ) Daiva ( Dewa ) Radithya ( Matahari ) Rafif ( berahlak baik ), dengan nama kecil DEVA ( singkatan dari aDE daiVA ). Aku sengaja merancang nama ini untukmu dengan harapan agar kamu bisa menjadi penerang sekaligus penenang karena ahlak baikmu bagi orang-orang di sekitarmu.

Kamu tumbuh menjadi anak yang sangat patuh dan tidak terlalu banyak keinginan sebagamana anak kecil pada umumnya. Kebetulan aku sendiri dulu termasuk anak yang tidak terlalu banyak meminta ini dan itu kepada orang tuaku. Seriring dengan pertumbuhanmu, lambat laun aku mulai menikmati betapa menyenangkan memiliki anak laki laki. Banyak hal yang bisa kita lakukan bersama, seperti menonton DVD, main game, berantem beranteman, kamu banyak mewarisi hobiku. Ada fenomena yang tidak pernah aku lupakan saat kamu berumur kurang lebih 5 bulanan. Malam itu diperjalanan pulang aku dan bundamu terlibat pertengkaran, kekesalanku pada bundamu terbawa terus sampai kami tiba di rumah. Saat kami tiba ternyata kamu tengah menunggu kami di teras rumah sambil digendong oleh Tante Ferra. Setelah turun dari motor bundamu segera menghampiri untuk menggendong kamu ….. aneh tapi nyata, kamu yang biasanya langsung meraih minta digendong bundamu, kali ini malah membalikkan badan sambil mendengus seperti orang yang marah, keanehan bertambah saat aku mendekatimu kamu langsung meraihku langsung minta gendong ….. mmmm, Dev kamu merasakan kekesalan ku kepada bundamu kah ??? padahal dalam perselisihan itu belum tentu bundamu yang salah lho Dev ….

Aku seolah tak bisa dipisahkan darimu Dev, saat aku sakit dan diharuskan istirahat total, dan dengan pertimbangan agar sakitku tidak menularimu, aku memutuskan untuk menginap di rumah nenekmu bersama bundamu. Namun apa yang terjadi, di rumah nenekmu yang notabene sepi dan enak untuk istirahat, aku malah gelisah, pikiran dan hati ini selalu tertuju padamu. Akhirnya aku hanya bertahan 3 hari, dalam kondisi belum sembuh aku memutuskan untuk pulang. Lebih baik aku sulit istrirahat karena jauh dari kondisi hening, tapi aku dekat denganmu. Kejadian kedua saat karena keadaan kita harus terpisah dahulu, berbeda kota. Kondisi yang mengharuskan Ayah dan bundamu tetap tinggal di Bandung, dan kamu terpaksa ikut pindah dengan kakek dan nenekmu ke luar kota Bandung, karena kalau ikut kami tidak ada yang akan menjagamu saat kami berdua pergi mencari nafkah. Andai kamu tahu betapa hancur hatiku harus berpisah denganmu. 2 minggu pertama aku jatuh sakit, hanya suaramu lah lewat telepon yang menjadi obat rinduku.

[bersambung]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar