Sabtu, 01 Mei 2010

Ketergantungan pada orang yang tidak kompeten


Manusia adalah mahluk sosial, yang artinya tidak bisa berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain, ya itu lah definisi mahluk sosial menurut kacamata saya. Saya sendiri sekarang sedang mengalami betul apa yang namanya butuh bantuan orang lain.

Namun ceritanya akan menjadi lain saat orang yang kita harapkan bantuannya tidak mampu, tidak kompeten atau dengan kata lain tidak bisa memberikan bantuan yang kita harapkan. Lebih parah lagi saat orang yang kita mintai bantuan atau kita harapkan bantuannya memiliki pemikiran : saya telah berjasa, apa yang bisa anda lakukan untuk membayar pertolongan saya ini ? atau mengharapkan terima kasih dari kita dalam bentuk2 lainnya.

Rasa frustrasi menyergap saat kita dihadapkan pada pilihan ... kita terpaksa harus meminta bantuan orang yang 'tidak kompeten' itu, there's no other choice ..... Sering kali kita harus mengurut dada dan menghela nafas, terjepit antara rasa tahu diri dan kehutangan budi dengan rasa marah, kesal, penyesalan yang cukup mendalam, pikiran-pikiran seperti 
"kenapa sih saya musti butuh bantuan orang yang tidak kompeten itu" 
"kenapa sih saya musti salah memilih orang yang kita mintai bantuan"
"Andai saja saya tahu kondisi orang itu sejak awal, sudah pasti saya akan mencari orang lain"
"Andai saja kondisi saya tidak begini, mungkin malah saya yang membantu orang itu "
dan sebagainya, seolah menari nari di kepala.

Seiring berjalannya waktu, bagai angka meteran bensin hutang budi kita semakin menumpuk, sementara itu solusi dari permasalahan itu tak kunjung tiba, kita seolah terperangkap dalam lingkaran setan. Saat kita tidak bisa 'membalas jasa' seperti yang mereka harapkan, membuat kita merasa berjalan diatas bara api. Benar benar tidak nyaman. Pada saat yang sama rasa tahu diri juga mendesak kita terus tanpa mengenal kondisi. Kadang saya suka berpikir, di saat seperti ini menjadi orang yang tak tahu diri itu menyenangkan dan bisa membuat kita lebih easy going dalam menjalani hidup. 

Ada yang ingin saya sharing di sini, rancang lah sebaik mungkin kehidupan anda. Jangan sampai terjebak pada kondisi membutuhkan bantuan dari orang yang sebenarnya tidak kompeten, yang mungkin malah orang itu sebenarnya membutuhkan bantuan. Pakai lah prinsip tangan di atas jauh lebih baik dari tangan di bawah. Segala sesuatu akan terasa indah, apa bila kita bisa memberi tanpa mengharapkan sesuatu apa pun dari orang yang kita beri. Lega rasanya melihat senyum orang yang kita bantu, tanpa harus membuat dia khawatir akan kewajiban membalas jasa. Biarlah orang lain meminta balas jasa dengan pelbagai alasan dan pembenaran, namun kita jangan seperti itu. 

Kemiskinan dan kebodohan juga bisa menyeret orang untuk meminta 'bayaran' atas jasanya. Sebagai contoh, orang tua yang memiliki banyak anak tanpa perhitungan ( sebenarnya tidak mampu secara materi untuk membesarkan anak dengan jumlah yang banyak ), secara tanpa sadar ia kelak akan mengharapkan anak-anaknya akan 'memberi'nya. Padahal tanpa harus diminta, seorang anak yang baik InsyaAllah akan selalu ingat pada jasa orang tuanya dengan landasan cinta, bukan balas jasa. Namun desakan ekonomi, keinginan akan kehidupan yang layak, merasa telah berjasa dalam membesarkan anak-anaknya, atau rasa iri terhadap anak anak yang bisa menyenangkan orang tuanya secara moril dan materil, akhirnya membuat dia lupa kalau membesarkan anak adalah tugas dan resikonya. Terkadang dia lupa, kalau dia dulu begitu berhasrat untuk memiliki banyak anak tanpa memperhitungkan kemampuannya. yang akhirnya dia sendiri tidak bisa memberikan yang terbaik untuk anak anaknya, dan pada saat anak anaknya sudah tumbuh dewasa, dia berharap mendapatkan balas jasa terbaik dari anak-anaknya ..... nampak egois sekali.

Tanpa mengurangi rasa hormat dan terima kasih kepada para orang tua, saya hanya bisa memohon kepada Yang Maha Kuasa dan Maha Pemberi, agar saya kelak tidak menjadi orang tua yang membebani anak anak saya dengan perasaan harus membalas jasa. Biarlah anak anak kita hidup bebas tanpa harus dibebani kewajiban balas jasa, karena membesarkan anak dan memfasilitasi mereka walau istilahnya dengan keringat serta darah kita, itu sudah menjadi amanah dan tugas kita dari Allah SWT. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar