Jumat, 18 Juni 2010

Nrimo sing Fokus

Menerima apa adanya dalam konsep qona’ah adalah fitrah dan sangat membahagiakan, sungguh bersahaja. Namun, jika logika menerima, tapi hati tersakiti, berarti masih ada yang perlu diperbaiki. Nrimo itu bukan sekedar ungkapan kata, tapi syukur yang nyata. Ketika nrimo-mu jadi filosofi yang berujung negatif, maka ojo ditrimo.

Menerima itu harus fokus pada nikmat yang ada, agar bertambah sisi nikmatnya. Terima apa yang ada dengan segenap cerdasmu, dengan fokus pada sisi kelebihannya. Lebihnya disyukuri, kurangnya diikhlaskan, besoknya diperbaiki. Itulah nrimo sing sejati.

Mintalah dan terimalah. Menerima dari-Nya akan jauh lebih asyik ketika engkau sudah sempat meminta kepada-Nya. Setidaknya engkau paham asal usul rejekimu dengan lebih cerdas. Sebab, jika pemberian dari-Nya terlalu sering tanpa wasilah do’a, maka engkau malah bisa jadi malas berdo’a. Sudah terlalu banyak Allah memberimu segala; tanpa engkau sempat memintanya. Semisal, pernahkah engkau meminta udara? Pernahkah engkau meminta dilahirkan? Kini, cobalah “buktikan” lebih dalam kekuasaan Allah, tanpa meragu, mintalah dan buktikan kemustajaban do’amu atas super kewenangan-Nya. Bukan untuk meragukan-Nya, tapi untuk membenamkan keyakinanmu.

Hindari polah dimana engkau hanya baru meminta kepada-Nya di kala susah payah, di antara timbunan masalah. Kalau engkau hanya ingat Tuhan, di kala nyawa terancam, maka para pendahulumu banyak yang demikian. Tapi mengapa harus kembali melupakan Tuhan ketika engkau yang mengancam nyawa orang lain. Sehingga memaksa mereka berdo’a sebagaimana engkau dulu berdo’a, dalam keterancaman. Ketahui saja bahwa do’a orang yang diancam itu sangat tajam, maka dikabulkan-Nya dengan segera.

"Dan apabila manusia ditimpa bahaya, dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri. Tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan." {TERJEMAHAN DATA SUCI Q.S.Yunus (10) : 12}.

Wallahu alam

disadur dari :
tulisan Kan Zen di http://cahaya-semesta.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar